Assalamu'alaikum
Berkali-kali mengelus dada dengan
pemberitaan di media massa. Ada seorang anak SD berniat bunuh diri karena
ditolak cintanya. Masya Allah, apa yang ada di benaknya saat dia berniat
melakukan itu? Meski dia ditolak cintanya oleh seorang anak perempuan seusianya,
tetapi masih ada ayah dan ibu yang mencintainya sepenuh hati. Iya, kan?
Belum lagi pemberitaan tentang
pelajar SMK yang menghamili temannya putrinya dan membunuhnya agar jejaknya
hilang. Kemudian, ada berita tentang tawuran pelajar di ibukota dan sebagainya.
Astaghfirullah …
Itulah potret buram remaja-remaja
kita masa kini. Meskipun saya yakin, masih banyak pelajar yang shalih dan
shalihah tapi tidak terekspos keshalihan mereka karena lebih mencorongnya
berita-berita buruk. Semoga ini tidak mengartikan bahwa saya setuju dengan apa
yang menjadi slogan “berita buruk adalah berita bagus untuk media”.
Beberapa waktu yang lalu, saya,
sebagai ibu, tergelitik dengan kata-kata Prof. Yusuf al-Qaradhawi yang
mengatakan: “Apabila kita hendak melihat wajah negara pada masa hadapan,
lihatlah generasi muda pada hari ini”.
Kalau melihat realita sekarang,
sungguh saya tidak yakin, air mata ini akan segera mengering. Fenomena K-POP,
miss gadget, pelajar fesbuk atau otak twit menjadi bahan ejekan sehari-hari
yang justru membuat mereka bangga.
Mereka lebih hafal nama-nama mereka
fans mereka, bandingkan dengan nama-nama pemuda-pemuda sahabat Rasulullah SAW
yang jauh hebat dari lee Min Hoo. Sebut saja, Zaid bin Tsabit, Usamah bin Zaid,
Mus’ab bin Umair dan Tha’labah bin Abdul Rahman.
Mereka lebih hafal lagu-lagu idola
mereka, dibandingkan dengan hafal ayat-ayat dalam Al Qur’an. Mungkin mereka
akan lebih semangat menjawab ketika ditanya berapa lagu K-POP yang sudah
dihafalnya dibandingkan berapa juz Al Qur’an yang sudah dihafalnya.
Sungguh memprihatinkan sekali.
Jadi? Bagaimana dan apa sih
sebenarnya seorang pemuda itu? Mengapa begitu istimewa kedudukannya?
As Syabab atau Pemuda, di dalam
kamus KBBI adalah orang muda laki-laki; remaja; teruna. Atau bisa
diterjemahkan pemuda itu sebagai generasi muda.
Sementara itu, di dalam kamus
bahasa Arab, makna As Syabab atau pemuda itu adalah lelaki yang masih muda atau
anak-anak muda. Biasanya As Syabab adalah sebutan untuk anak-anak usia sekolah.
Tetapi di dalam hadits, untuk lelaki di bawah usia 40 tahun masih disebut
sebagai as syabab atau pemuda.
Di dalam Al Qur’an, Allah SWT
dengan jelas menyebutkan definisi pemuda atau as syabab tersebut di dalam surat
Al Kahfi ayat 13
نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم
بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى [١٨:١٣]
“Kami ceritakan kepadamu (wahai
Muhammad) perihal mereka dengan benar sesungguhnya mereka itu orang-orang muda
yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahi mereka dengan hidayah
petunjuk”.
Menurut As Syahid Hasan Al Banna,
As Syabab atau pemuda itu adalah:
1.
Pilar Kebangkitan Umat
2.
Rahasia kekuatan dalam setiap kebangkitan
3.
Panji dari setiap fikrah
Rasululullah SAW bersabda: ”Aku berpesan kepadamu supaya berbuat baik kepada golongan
pemuda, sesungguhnya hati mereka paling lembut. Sesungguhnya Allah telah
mengutusku membawa agama Hanif ini, lalu para pemuda bergabung denganku dan
orang-orang tua menentangku” (HR.
Bukhari)
Pemuda, adalah harapan bangsa.
Kedudukan begitu istimewa, sampai Rasulullah mewasiatkan untuk berbuat baik
pada golongan kaum belia ini, karena hati mereka lembut.
Para pemuda yang pertama kali
bergabung dengan Rasulullah mengusung agama yang hanif, Islam.
Ingatkah saat Ali bin Abi Thalib,
seorang pemuda belia dengan gagah berani menggantikan posisi Rasulullah di
pembaringannya ketika ada ancaman pembunuhan yang direncanakan oleh bangsa
Quraisy?
Ingatkah saat Zaid bin Tsabit,
seorang sahabat Rasulullah SAW yang bergabung dengan Islam saat usianya 11
tahun ketika terjadi perang Badar. Beliau seorang sahabat belia yang menghafal
ayat dan surat yang diturunkan Allah kepada Rasulullah.
Zaid bin Tsabit adalah pemuda yang
cerdas sehingga Rasulullah mengangkatnya menjadi asisten Nabi untuk menulis
wahyu yang turun dan menulis surat kepada orang Yahudi, meskipun dia masih
belia.
Ingatkah pada Mush’ab bin Umair,
seorang remaja Quraisy, pemuda tampan, anak seorang bangsawan yang gagah
berani. Meskipun berkecukupan, beliau lebih memilih meninggalkan gemerlapnya
dunia, karena Mush’ab bin Umair lebih mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW
dari dunia dan seisinya.
Mush’ab bin Umair juga seorang
pemuda yang menjadi Duta Pertama Islam di Madinah. Dan berhasil membangun
masyarakat Islam di sana. Beliau juga menjadi seorang guru pertama di Madinah.
Dan itu dilakukan saat usianya muda. Usia belia! Subhanallah.
Tidak irikah kepada Mark Zuckerberg, usia belia sudah menjadi pemilik Facebook
yang kalian gunakan setiap hari. Meskipun tidak belajar di bangku sekolah
formal, dia bisa membuat sesuatu hal yang baru dan dirasakan manfaatnya oleh
orang banyak, bahkan di seluruh dunia.
Pemuda Islam bisa melakukannya
lebih dari itu.
Islam pernah gemilang di tangan
para pemudanya. Kini giliran pewaris-pewarisnya yang menunaikan tugas mulia
ini.
Harapan kepada pemuda Islam sangat
besar. Hal ini diungkapkan oleh As Syahid Hasan Al Banna dalam risalahnya,
‘Kita maukan jiwa yang hidup, kuat dan bertenaga. Kita maukan hati yang terus
menyala. Kita maukan perasaan yang bergejolak membara. Kita maukan ruh yang
bercita-cita tinggi. Kita maukan jiwa yang membayangkan betapa tingginya impian
dan berusaha meraihnya.”
Kejayaan Islam di tangan para
pemuda. Kejayaan bangsa dan negara ada di pundaknya. Dunia ini hanya
sementara. Ibaratkan diri kita ini sedang menyeberang jalan dan terburu-buru
agar selamat sampai di seberang.
Yuk, kita berbuat baik dari mulai
sekarang. Dimulai dari hal terkecil. Berazam dalam hati untuk menjadi pemuda
yang bermanfaat. Pemuda yang tidak mudah kalah oleh keadaan. Pemuda kreatif
adalah pemuda yang penuh dengan ide dan inovasi. Jangan galau hanya karena
jerawat di pipi. Pemuda harus kuat dan bersemangat tinggi!
Pemuda, Bangkit !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar