Assalamu'alaikum
A.
Makna Cinta
Masih Relatif
Tentang makna
cinta mungkin sudah banyak yang menjelaskannya, meski penjelasan itu belum
mampu memaknai cinta yang dikendaki oleh orang-orang. Sebab, cinta itu bersifat
relatif; tergantung orang yang merasakannya. Orang yang merasakannya tergantung
pada sikapnya. Orang yang menyikapinya tergantung pada kemampuan logikanya.
Oleh sebab itu,
makna cinta itu diartikan sesuai apa yang dirasakan oleh orang-orang. Jika
mereka merasakan cinta itu membuat mereka bahagia, maka cinta diartikan
keindahan. Sebaliknya, jika mereka merasakan cinta itu membuat mereka tersiksa,
maka cinta diartikan penderitaan. Jadi, makna cinta itu masih bersifat relatif.
Namun, jika
cinta terlepas dari sifat relatif itu, maka cinta sebenarnya memiliki makna
yang sama sekali jauh dari pemaknaan orang-orang. Orang-orang memaknai cinta
itu sesuai apa yang mereka rasakan. Sementara apa yang mereka rasakan sesuai
pola mereka menyikapi cinta dan itu berdasarkan pada logika yang sama sekali
masih belum memahami cinta. Sehingga mereka memaknai cinta sekehendaknya
sendiri.
B.
Cinta Alasan
atau Karena
Membahas
masalah makna cinta mungkin tidak akan menemukan makna yang pas. Sebab,
sebenarnya orang-orang memaknai cinta berdasarkan alasan-alasan yang mereka
buat sendiri. Alasan-alasan itulah yang seolah membuat mereka memahami makna
cinta. Sehingga begitulah makna cinta (sementara), sebagaimana yang telah
dipaparkan di atas.
Berbicara
tentang alasan-alasan yang biasanya diajdikan dasar untuk mencintai, sepertinya
sangat penting. Sebab, sebagian orang menganggap cinta itu tergantung pada
alasannya. Artinya, cinta itu akan tumbuh jika alasan itu ada, cinta itu akan
utuh jika sesuai dengan alasannya, dan cinta akan punah jika alasan itu sirna.
Alasan-alasan
itu semisal, jika ada seseorang mencintai dengan alasan kecantikannya, maka itu
diartikan cinta karena fisik, ada yang mengatakan cinta karena nafsu. Jika ada
yang mencintai dengan alasan hartanya, maka itu diartikan cinta karena materi.
Jika ada yang mencintai karena akhlaknya yang baik, pengetahuannya yang luas,
dan ibadahnya yang istiqamah, maka itu diartikan cinta karena kekaguman.
Alasan-alasan
cinta di atas yang dimaksud cinta akan tumbuh dan utuh jika alasan-alasan
tersebut ada. sebaliknya, jika alasan-alasan tersebut tidak ada maka cinta tak
akan tumbuh, dan jika tumbuh lalu alasan itu tidak ada maka cinta akan hancur.
Oleh sebab itu,
banyak yang tidak ingin alasan cinta bukan karena alasan-alasan di atas,
melainkan mereka berharap cinta karena memang cinta. Adakah yang bisa seperti
ini? Tidak perlu memikirkan jawabannya. Yang perlu kita pikirkan adalah harapan
kita dulu. Kita berharap dicintai karena cinta atau berusaha mencintai karena
cinta? Harapan ini sepertinya lebih diminati oleh pihak yang dicintai. Dia
(yang dicintai) berharap dirinya dicintai karena memang cinta. Sementara
dirinya tidak pernah berusaha untuk mencintai karena memang cinta. Jika hal ini
bisa diusahakan, maka jawaban di atas akan terjawab dengan usaha itu.
Ada lagi alasan
mencintai yang mungkin lebih dianggap cinta sejati dan hakiki. Yaitu mencintai
karena Allah. Pemahaman sementara yang menjadi dasar bagi alasan ini adalah
mencintai bukan karena fisik, materi, kekaguman, dan nafsu. Mungkin juga bukan
mencintai karena cinta. Akan tetapi, maksud alasan mencintai karena Allah
adalah mencintai semata-mata karena ingin mendapatkan rido Allah.
C.
Ciri-ciri Cinta
Karena Allah
Mungkin
sebagian besar orang merasa sangat sulit atau bahkan mustahil mencintai karena
Allah. Sebab mereka memahami mencintai karena Allah atau mencintai semata-mata
karena ingin mendapatkan ridho Allah, itu harus lepas dari alasan karena fisik,
materi, kagum, dan nafsu. Padahal maksud mencintai karena Allah, sebenarnya
tidak begitu. Jika harus lepas dari itu semua, berarti harus membuang fitrah
atau qudrah seorang manusia. Yang namanya manusia pasti tidak akan lepas dari
itu semua, khususnya ketika hendak mencintai seseorang.
Lalu bagaimana
caranya untuk mencapai cinta karena Allah? Cinta karena Allah merupakan maksud
dari pencapaian untuk mendapatkan rido Allah. Untuk mendapatkan rido Allah
sudah pasti ada caranya. Cara tersebut adalah melakukan setiap sesuatu sesuai
syari’at Allah. Dalam hal cinta, Allah sudah menyediakan cara untuk meraih
cinta karena Allah. Yaitu pernikahan. Allah men-syari’at-kan pernikahan sebagai
cara bagi anak manusia untuk meraih cinta karena Allah.
Jadi,
cirri-ciri mencintai karena Allah adalah ada niat untuk menikah, meskipun ada
embel-embel karena fisik, materi, kagum, atau bahkan nafsu. Sebenarnya
embel-embel inilah yang membuat anak manusia ada keinginan menikah. Selain itu,
memang qudrah dan fitrah manusia. Hal ini mungkin bagi mereka yang baru
mulai menjalin cinta, dan sudah masuk usia layak menikah atau sudah siap
menikah. Namun, bagi selain yang tidak layak atau siap menikah, mereka menjalin
cinta tidak ada niatan menikah. Mereka menjalin karena ingin happy bersama
pasangannya, karena takut dibilang gak gaul, takut dibilang
jomblo, dan takut dibilang tidak laku.
Bagi mereka
yang sudah menikah, mereka bisa dianggap mencintai karena Allah, jika mereka
mampu menjalani rumah tangganya sesuai aturan syari’at Allah; melaksanakan
kewajiban dan memenuhi suatu hak dalam rumah tangga, baik sebagai suami atau
istri. Untuk mendapatkan rido Allah, kan harus melaksanaka
sesuatu harus sesuai syari’at Allah.
Ada yang
benar-benar mencintai karena Allah, yaitu dia yang menikah tanpa ada rasa cinta
bahkan suka pun tidak ada, tetapi dia mampu menjalani rumah tangganya dengan
tetap sesuai aturan syari’at Allah. Mungkin ini bagi mereka yang pernikahannya
karena dijodohkan. Jadi, jika engkau benar-benar ingin meraih cinta karena
Allah, menikahlah dengan orang yang tidak engkau cintai dan jalanilah kehidupan
rumah tangga sesuai aturan syari’at Allah. Bisa gak, ya???
InsyaAllah
bisa.
Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar