Assalamu'alaikum
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
A. Penciptaan Alam Semesta
Asal
mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:
"Dialah
pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)
Keterangan
yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan
masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa
keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada
sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa
ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam
semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan
sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern
menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang
dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta
muncul menjadi ada.
Sebelum
Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana
materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan
secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru
saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an
1.400 tahun lalu.
Sensor
sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun
1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini
merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah
bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.
B. Menembangnya Alam Semesta
Dalam
Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih
terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:
"Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)
Kata
"langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat
dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali
lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al
Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau
mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa
kini.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".
Fakta
ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika
mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika,
menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.
Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama
lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang".
Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa
alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada
saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman
Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.
C. Pemisahan Langit Dan Bumi
Satu
ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:
"Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman?" (Al Qur'an, 21:30)
Kata
"ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu"
digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan.
Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab
"fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui
peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq".
Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu
peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.
Marilah
kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut,
langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu
terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat
kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik
tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala
sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah
diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan
"ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga
menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah),
dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam
semesta terbentuk.
Ketika
kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan
kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh
menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.
D. Garis Edar
Tatkala
merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa
masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
"Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al
Qur'an, 21:33)
Disebutkan
pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam
garis edar tertentu:
"Dan
matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)
Fakta-fakta
yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan
astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari
bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah
bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti
matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari.
Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga
berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada
dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Keseluruhan
alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan
dalam Al Qur'an sebagai berikut:
"Demi
langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)
Terdapat
sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari
hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan
sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut
bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama
jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya
dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain
itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan
baginya.
Garis
edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa.
Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis
peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari
benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan
lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain
tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.
Dapat
dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki
teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa
berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi
modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah
bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana
dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada
kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah
firman Allah.
E. Bentuk Bulat Planet Bumi
"Dia
menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam
atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5)
Dalam
Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta
sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai
"menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam
kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan
membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana
surban dipakaikan pada kepala.
Keterangan
yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup
satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan
ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur'an,
yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet
bumi yang bulat.
Namun
perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di
masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta
penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al
Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir.
Oleh karena Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika
kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat
raya.
F. Atap Yang Terpelihara
Dalam
Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik
tentang langit:
"Dan
Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka
berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al
Qur'an, 21:32)
Sifat
langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.
Atmosfir
yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan.
Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka
mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk
hidup.
Atmosfir
juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan.
Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak
berbahaya dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan
gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar
ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi
fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian
besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon
atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet
yang mencapai bumi.
Fungsi
pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi
bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat
celcius di bawah nol.
Tidak
hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir,
Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet
bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam
planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan
bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk
Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari
yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan
di muka bumi.
Dr.
Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:
Bumi
ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya
kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan
keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan
pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi
dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan
mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang
berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi kekuatan medan
magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar
kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah
rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi. (http://www.jps.net/bygrace/index.
html Taken from Big Bang Refined by Fire by Dr. Hugh Ross, 1998. Reasons To
Believe, Pasadena, CA.)
Energi
yang dipancarkan dalam satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru
ini, terhitung setara dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang
dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut,
teramati bahwa jarum magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250
kilometer di atas atmosfir bumi terjadi peningkatan suhu tiba-tiba hingga
mencapai 2.500 derajat celcius.
Singkatnya,
sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia melingkupi
bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Para ilmuwan
baru mengetahuinya sekarang, sementara berabad-abad lampau, kita telah
diberitahu dalam Al Qur'an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan
pelindung.
G. Langit Yang Mengembalikan
Ayat
ke-11 dari Surat Ath Thaariq dalam Al Qur'an, mengacu pada fungsi
"mengembalikan" yang dimiliki langit.
"Demi
langit yang mengandung hujan." (Al Qur'an, 86:11)
Kata
yang ditafsirkan sebagai "mengandung hujan" dalam terjemahan Al
Qur'an ini juga bermakna "mengirim kembali" atau
"mengembalikan".
Sebagaimana
diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap
lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa
lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang
mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang,
marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari
lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.
Lapisan
Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang
naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke
bumi sebagai hujan.
Lapisan
ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar
ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang
angkasa.
Ionosfir,
memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi
lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan
komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang
cukup jauh.
Lapisan
magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang
dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum
sampai ke Bumi.
Sifat
lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini
tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Qur'an. Ini sekali lagi
membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah.
SubhanAllah, Wallhu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar