Assalamu'alaikum
Alam semesta,
dengan dimensi yang luasnya tak terjangkau pemahaman manusia, berfungsi pada
keseimbangan yang sensitif tanpa pernah gagal. Alam semesta juga berfungsi
dengan keteraturan terencana, dan sudah demikian sejak awal pembentukannya.
Bagaimana alam raya yang luas ini terwujud, akan menuju ke mana, dan bagaimana
hukum-hukum alam bekerja memper-tahankan keteraturan dan keseimbangan di
dalamnya, selalu menjadi perhatian manusia sejak dulu sampai sekarang. Para ilmuwan
telah melakukan penelitian tak terhitung banyaknya mengenai subjek ini dan
menghasilkan pelbagai teori dan pendapat. Bagi para ilmuwan yang mengukur
rancangan dan keteraturan alam semesta dengan menggu-nakan akal dan kesadaran
mereka, tidaklah susah sama sekali untuk menjelaskan kesempurnaan ini. Ini
karena Allah, Zat Mahakuasa, Penguasa seluruh jagat raya, yang menciptakan
rancangan sempurna ini. Dan ini sangatlah jelas bagi semua orang yang mau
berpikir dan bernalar. Allah menyebutkan kebenaran nyata ini dalam ayat Al
Quran:
"Sesungguhnya
dalam penciptaaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (QS. Ali 'Imran, 3:
190) !
Akan tetapi,
para ilmuwan yang tidak mengindahkan bukti penciptaan itu mengalami kesulitan
besar dalam menjawab pertanyaan yang tak ada habisnya ini. Mereka tidak ragu
menggunakan segala cara seperti menghasut, membuat teori-teori palsu tanpa
dasar ilmiah apa pun. Bila tersudut, mereka bahkan menipu untuk mempertahankan
teori-teori yang bertentangan sepenuhnya dengan kenyataan. Namun seluruh
perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi hingga awal abad ke-21, membawa kita
pada sebuah fakta tunggal; alam semesta diciptakan dari ketiadaan oleh Allah
yang Mahakuasa dan Maha Mengetahui.
Penciptaan
Alam Semesta
Selama
berabad-abad, orang mencari jawaban untuk pertanyaan "bagaimana asal-usul
alam semesta". Beribu-ribu model alam semesta telah diajukan dan
beribu-ribu teori telah dihasilkan di sepanjang sejarah. Namun tinjauan
terhadap semua teori ini mengungkapkan bahwa pada intinya mereka hanya terbagi
dalam dua model berbeda. Yang pertama adalah konsep alam semesta tak terbatas
tanpa permulaan, yang tidak lagi memiliki dasar ilmiah apa pun. Yang kedua
adalah bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan, yang sekarang ini dikenal
dalam masyarakat ilmiah sebagai "model standar".
Model pertama,
yang telah terbukti tak dapat bertahan, menyatakan bahwa alam semesta telah ada
sejak waktu yang tak terbatas dan akan terus bertahan dalam keadaannya yang
sekarang ini. Gagasan alam semesta tak terbatas ini telah berkembang sejak
zaman Yunani kuno, dan telah menyebar ke dunia barat sebagai hasil filosofi
materialistis dan telah dibangkitkan kembali dengan Renaisans. Inti Renaisans
adalah pengkajian kembali hasil kerja para pemikir Yunani kuno. Jadi, filosofi
materialis dan konsep alam semesta tak terbatas yang dididukung oleh filosofi
ini dicomot dari rak sejarah yang berdebu oleh kepentingan ideologis dan
filosofis, dan disampaikan pada manusia sebagai fakta-fakta ilmiah.
Penganut
materialisme seperti Karl Marx dan Friedrich Engels dengan penuh semangat
merangkul gagasan itu, yang jelas menyediakan dasar-dasar kuat untuk ideologi
materialistis mereka. Dengan demikian keduanya memainkan peran penting dalam
memperkenalkan model ini pada abad ke-20.
Menurut model
"alam semesta tak terbatas"- yang sangat populer di paro pertama abad
ke-20 - alam semesta tidak memiliki awal maupun akhir. Alam semesta tidak
pernah diciptakan dari tidak ada menjadi ada, tidak pula akan hancur. Menurut
teori ini, yang juga menjadi dasar untuk filosofi materialis, alam semesta
memiliki struktur yang statis. Namun, temuan-temuan ilmiah belakangan
menyatakan bahwa teori ini sama sekali salah dan tidak ilmiah. Alam semesta
tidak akan ada tanpa awal; alam semesta ini bermula dan telah diciptakan dari
ketiadaan.
Gagasan bahwa
alam semesta ini tak terbatas, yaitu tidak berawal, selalu menjadi titik awal
ateisme dan ideologi yang mengingkari Allah. Ini karena dalam pandangan mereka,
bila alam semesta ini tak berawal, berarti tidak ada yang menciptakan. Namun
ilmu pengetahuan segera mengungkapkan bukti pasti bahwa argumen-argumen
materialis ini tidak berlaku, dan alam semesta diawali dengan sebuah ledakan dahsyat
yang disebut Big Bang. Muncul dari sesuatu yang tidak ada hanya berarti satu
hal: "Penciptaan". Allah, Yang Mahakuasa, menciptakan seluruh alam
semesta.
Ahli astronomi
Inggris ternama, Sir Fred Hoyle, adalah salah seorang ilmuwan yang penasaran
dengan fakta ini. Dengan teori "steady-state"-nya, Hoyle menerima
bahwa alam semesta mengalami perluasan, tetapi tetap berkeras bahwa alam
semesta tidak terbatas dalam skalanya dan tanpa awal maupun akhir. Menurut
model ini, ketika alam semesta meluas, materi muncul secara spontan dan dalam
kuantitas sebesar yang dibutuhan. Teori ini, yang berlandaskan pada
premis-premis yang sangat tidak praktis atau sulit, dan yang diajukan dengan
kepen-tingan tunggal untuk mendukung gagasan "alam semesta tak terbatas
tanpa awal atau akhir", bertolak belakang dengan teori Big Bang. Padahal
teori Big Bang secara ilmiah telah terbukti dengan sejumlah besar pengamatan.
Hoyle dan yang lainnya terus mengingkarinya, namun se-mua perkembangan ilmu
alam menyatakan sebalik-nya.
Big
Bang dan Perluasan Alam Semesta
Pada abad
ke-20, terjadi lompatan besar di bidang astronomi. Pertama, pada tahun 1922,
eorang ahli fisika Rusia, Alexandre Friedmann, menemukan bahwa alam semesta
tidak memiliki struktur yang statis. Berpijak pada Teori Relativitas Einstein,
Friedmann menghitung bahwa sebuah impuls kecil saja dapat mengakibatkan alam
semesta meluas atau mengerut. Georges Lemaître, salah seorang ahli astro-nomi
terkenal Belgia, adalah yang pertama kali menyadari pentingnya hitungan ini.
Hitungan ini membawanya pada kesimpulan bahwa alam semesta memiliki awal dan
terus-menerus meluas sejak permulaan. Ada hal penting lainnya yang diangkat
Lemaître: menurutnya, seharusnya ada kelebihan radiasi yang tertinggal dari Big
Bang dan ini dapat dilacak. Lemaître yakin bahwa penjelasannya benar walaupun
pada awalnya tidak mendapat banyak dukungan dari kalangan ilmuwan. Sementara
itu, bukti lebih lanjut bahwa alam semesta meluas mulai bermunculan. Pada waktu
itu, Edwin Hubble, seorang ahli astronomi dari Amerika, yang mengamati
bintang-bintang dengan teleskop raksasanya, menemu-kan bahwa bintang-bintang
memancarkan cahaya geser merah (red shift) tergantung jarak mereka. Dengan
temuan ini, yang diperolehnya di Observatorium Mount Wilson, California, Hubble
menantang seluruh ilmuwan yang mengajukan dan membela teori
"keadaan-tetap" (steady-state), dan mengguncangkan pondasi model alam
semesta yang dianut saat itu.
Temuan-temuan
Hubble bergantung pada aturan fisika bahwa spektrum cahaya yang bergerak menuju
titik pengamatan cenderung mendekati ungu, sementara spektrum cahaya yang
bergerak meninggal-kan titik pengamatan cenderung mendekati merah. Ini
menunjukkan bahwa benda-benda angkasa yang diamati dari Observatorium Mount
Wilson California bergerak menjauhi bumi. Pengamatan selanjutnya mengungkap-kan
bahwa bintang dan galaksi tidak hanya bergerak menjauhi kita tetapi juga saling
menjauhi satu sama lain. Pergerakan benda-benda angkasa ini sekali lagi
membuktikan bahwa alam semesta meluas. Dalam buku Stephen Hawking's Universe,
David Filkin menyatakan gagasan menarik tentang perkembangan ini:
Dalam dua
tahun, Lemaître mendengar berita yang selama ini berharap pun dia tak berani.
Hubble telah mengamati bahwa cahaya dari galaksi adalah geser merah, dan
menurut efek Doppler, ini berarti bahwa alam semesta meluas. Kini, ini hanya
soal waktu. Einstein tertarik pada kerja Hubble dan memutuskan untuk
mengun-junginya di Observatorium Mount Wilson. Pada saat yang sama, Lemaître
memberikan kuliah di Institut Teknologi California, dan berhasil menyudutkan
sekaligus Hubble dan Einstein. Dia mengajukan teori "atom
primitif"-nya dengan hati-hati, selangkah demi selangkah, meyakinkan bahwa
seluruh alam semesta telah diciptakan "pada hari yang tidak memiliki hari
kemarin". Dengan sangat saksama, dia menjelaskan seluruh perhitungan
matematikanya. Ketika selesai, dia tidak dapat memercayai telinganya sendiri.
Einstein berdiri dan menyatakan bahwa apa yang baru saja didengarnya adalah
"interpretasi yang paling indah dan paling memuaskan yang pernah
kudengar" dan selanjutnya mengakui bahwa menciptakan "konstanta
kosmologis" adalah "kesalahan terbesar" dalam hidupnya.1
Fakta yang
telah mengejutkan Einstein, yang dianggap sebagai salah satu ilmuwan terpenting
dalam sejarah, adalah bahwa alam semesta mempunyai permulaan.
Pengamatan
lebih jauh pada perluasan alam semesta telah membuka jalan bagi
pendapat-pendapat baru. Sejak saat itu, para ilmuwan sampai pada model alam
semesta yang semakin kecil apabila seseorang kembali ke masa lampau, dan pada
akhirnya mengerut dan konvergen pada satu titik, seperti yang dikemukakan
Lemaître. Kesimpulan yang dapat diturunkan dari model ini adalah bahwa pada
suatu masa, semua benda alam semesta memadat dalam sebuah titik-massa tunggal
yang memiliki "volume nol" karena gaya gravitasinya yang sangat
besar. Alam semesta kita menjadi ada sebagai hasil dari ledakan titik-massa
yang memiliki "volume nol" ini. Ledakan ini disebut "Big
Bang".
Big Bang
menunjukkan hal lain. Mengatakan bahwa sesuatu memi-liki volume nol itu berarti
sama dengan mengatakan bahwa sesuatu itu "tidak ada". Seluruh alam
semesta ini diciptakan dari sesuatu yang "tidak ada" ini.
Selanjutnya, alam semesta ini memiliki awal, bertolak belakang dengan pandangan
materialisme, yang beranggapan bahwa "alam semesta adalah kekal".
Big
Bang dengan Bukti
Begitu
ditetapkan kenyataan bahwa alam se-mesta mulai terbentuk setelah sebuah ledakan
be-sar, para ahli astrofisika mencapai kemajuan pesat dalam
penelitian-penelitian mereka. Menurut George Gamow, apabila alam semesta
terbentuk dalam ledakan besar dan tiba-tiba, pastilah terting-gal sejumlah
radiasi dari ledakan tersebut yang menyebar rata di seluruh alam semesta.
Pada tahun-tahun
setelah hipotesis ini disam-paikan, temuan-temuan ilmiah susul-menyusul
terjadi, dan semuanya membuktikan kebenaran Big Bang. Pada tahun 1965, dua
orang peneliti ber-nama Arno Penzias dan Robert Wilson menemu-kan suatu bentuk
radiasi yang hingga saat itu tak teramati, yang disebut sebagai "radiasi
latar bela-kang kosmis". Radiasi ini tidak seperti benda-benda alam
semesta lainnya karena keseragam-annya yang luar biasa. Radiasi ini tidak
terlokali-sasi, juga tidak memiliki sumber yang jelas; justru tersebar merata
di mana-mana. Segera disadari bahwa radiasi ini adalah peninggalan Big Bang,
yang masih memancar sejak ledakan besar itu terjadi. Gamow telah meneliti
frekuensi radiasi tersebut, dan menemu-kan bahwa besarnya mendekati nilai yang
telah diramalkan oleh para ilmuwan. Penzias dan Wilson dianugerahi Penghargaan
Nobel atas temuan mereka itu.
George Smoot dan tim NASA-nya hanya membutuhkan waktu delapan menit
untuk mencocokkan tingkatan-tingkatan radiasi yang dilaporkan oleh Penzias dan
Wilson, berkat satelit ruang angkasa COBE. Sensor-sensor yang sensitif pada
satelit berhasil memberikan keme-nangan baru bagi teori Big Bang. Sensor-sensor
itu membenarkan keber-adaan suatu bentuk yang rapat dan panas sisa dari Big
Bang. COBE memotret sisa-sisa nyata dari Big Bang, dan kelompok ilmuwan dipaksa
mengakuinya.
Bukti lainnya
berhubungan dengan jumlah relatif Hidrogen dan Helium di alam semesta.
Perhitungan menunjukkan bahwa proporsi gas hidrogen-helium di alam semesta
cocok dengan hitungan teoretis dari apa yang seharusnya tersisa setelah Big
Bang.
Penemuan bukti
penting ini menyebabkan teori Big Bang diterima sepenuhnya oleh dunia ilmiah.
Dalam sebuah artikel di Scientific American yang terbit bulan Oktober 1994
disampaikan bahwa "model Big Bang adalah satu-satunya model yang diakui
pada abad ke-20".
Satu persatu,
pengakuan mulai berdatangan dari nama-nama yang mempertahankan konsep
"alam semesta tak terbatas" selama bertahun-tahun. Dennis Sciama,
yang mempertahankan teori "steady-state" bersama Fred Hoyle,
menggambarkan situasi mereka setelah pembuk-tian Big Bang. Dia berkata bahwa
mulanya dia mendukung Hoyle tetapi, setelah bukti mulai menumpuk, dia harus
mengakui bahwa permainan ini telah selesai dan teori steady-state harus
dibuang.2
Allah
Menciptakan Alam Semesta dari Ketiadaan
Dengan
banyaknya bukti yang ditemukan sains, pendapat yang ber-hubungan dengan
"alam semesta tak terbatas" disingkirkan ke tumpukan sampah sejarah
gagasan ilmiah. Namun, pertanyaan-pertanyaan yang lebih penting bermunculan:
Apa yang ada sebelum sebelum Big Bang? Kekuatan apa kiranya yang dapat
menyebabkan ledakan raksasa yang menghasilkan alam semesta yang sebelumnya
tidak ada?
Ada satu
jawaban yang dapat diberikan untuk pertanyaan apa yang ada sebelum Big Bang:
Allah, Yang Mahakuasa, yang menciptakan bumi dan langit dalam keteraturan
sempurna. Banyak ilmuwan, terlepas dari mereka beriman atau tidak, terpaksa
mengakui kebenaran ini. Walaupun mereka mungkin menolak untuk mengakui kenyataan
ini dalam media ilmiah, pengakuan mereka secara tersirat membongkar rahasia
mereka. Anthony Flews, seorang filosof ateis terkenal, berkata:
Jelas sekali,
pengakuan itu baik bagi jiwa. Oleh karena itu, saya akan mulai dengan mengakui
bahwa penganut ateis Stratonis harus merasa malu dengan konsensus kosmologis
dewasa ini. Karena tampaknya para ahli kosmologi menyediakan bukti ilmiah untuk
apa yang dianggap St. Thomas tidak terbukti secara filosofis; yaitu, bahwa alam
semesta mempunyai permulaan. Selama alam semesta dapat dengan mudah dianggap
tidak hanya tanpa akhir, namun juga tanpa permulaan, akan tetap mudah untuk
mendesak bahwa keberadaannya yang tiba-tiba, dan apa pun yang ditemukan menjadi
ciri-cirinya yang paling mendasar, harus diterima sebagai penjelasan akhir.
Meskipun saya mempercayai bahwa teori itu (alam semesta tanpa batas) masih
benar, tentu saja tidak mudah atau nyaman untuk mempertahankan posisi ini di
hadapan kisah Ledakan Besar. 3
Sebagian
ilmuwan seperti H. P. Lipson, fisikawan Inggris yang materialis, mengakui bahwa
mereka terpaksa menerima teori Big Bang:
Jika benda
hidup bukan disebabkan oleh interaksi atom-atom, gaya-gaya alam, dan radiasi,
bagaimana dia muncul? … Namun saya rasa, kita harus … mengakui bahwa
satu-satunya penjelasan yang paling masuk akal adalah penciptaan. Saya tahu ini
aib bagi para fisikawan, termasuk saya, tapi kita tidak boleh menolak apa yang tidak
kita sukai bila bukti-bukti eksperimental mendukungnya.4
Kesimpulannya,
sains menunjuk pada suatu realita tunggal apakah para ilmuwan materialis
menyukainya atau tidak. Benda dan waktu diciptakan oleh Pencipta, Yang
Mahakuasa, dan yang menciptakan langit, bumi dan segala sesuatu yang berada di
antaranya: Mahakuasa Allah.
"Allah-lah
yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwa-sanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu,
dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu."
(QS. Ath-Thalaaq, 65: 12) !
Tanda-Tanda
Al Quran
Selain
menjelaskan alam semesta, model Big Bang mempunyai implikasi penting lain.
Seperti yang ditunjukkan dalam kutipan dari Anthony Flew di atas, ilmu alam
telah membuktikan pandangan yang selama ini hanya didukung oleh sumber-sumber
agama.
Kebenaran yang
dipertahankan oleh sumber-sumber agama adalah realitas penciptaan dari
ketiadaan. Ini telah dinyatakan dalam kitab-kitab suci yang telah berfungsi
sebagai penunjuk jalan bagi manusia selama ribuan tahun. Dalam semua kitab suci
seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Al Quran, dinyatakan bahwa alam
semesta dan segala isinya diciptakan dari ketiadaan oleh Allah.
Dalam
satu-satunya kitab Allah yang keutuhannya bertahan, Al Quran, terdapat
pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, di samping bagaimana
kemunculannya, yang sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20, meskipun
diungkapkan 14 abad yang lalu.
Pertama,
penciptaan alam semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai
berikut:
"Dia
Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak pa-dahal Dia tidak
mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala
sesuatu." (QS. Al An'aam, 6: 101) !
Aspek penting
lain yang diungkapkan dalam Al Quran empat belas abad sebelum penemuan modern
Big Bang dan temuan yang berkaitan dengannya adalah bahwa ketika diciptakan,
alam semesta menempati volume yang sangat kecil:
"Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduannya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air kami ja-dikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?" (QS. Al Anbiyaa', 22: 30) !
Terjemahan ayat
di atas mengandung pemilihan kata yang sangat penting dalam bahasa aslinya,
bahasa Arab. Kata ratk diterjemahkan "suatu yang padu" yang berarti
"bercampur, bersatu" dalam kamus bahasa Arab. Kata itu digunakan
untuk merujuk dua zat berbeda yang menjadi satu. Frase "Kami
pisahkan" diterjemahkan dari kata kerja bahasa Arab, fatk yang mengandung
makna bahwa sesuatu terjadi dengan memisahkan atau menghancurkan struktur ratk.
Tumbuhnya biji dari tanah adalah salah satu tindakan yang menggunakan kata
kerja ini.
Mari kita
tinjau lagi ayat tersebut dengan pengetahuan ini di benak kita. Dalam ayat itu,
langit dan bumi pada mulanya berstatus ratk. Mereka dipisahkan (fatk) dengan
satu muncul dari yang lainnya. Menariknya, para ahli kosmologi berbicara
tentang "telur kosmik" yang mengandung semua materi di alam semesta
sebelum Big Bang. Dengan kata lain, semua langit dan bumi terkandung dalam telur
ini dalam kondisi ratk. Telur kosmik ini meledak dengan dahsyat menyebabkan
materinya menjadi fatk dan dalam proses itu terciptalah struktur keseluruhan
alam semesta.
Kebenaran lain
yang terungkap dalam Al Quran adalah pengem-bangan jagat raya yang ditemukan
pada akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang geser merah dalam spektrum
cahaya bintang diungkap-kan dalam Al Quran sebagai berikut:
"Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesung-guhnya Kami
benar-benar meluaskannya." (QS. Adz-Dzaariyat, 51: 47) !
Singkatnya,
temuan-temuan ilmu alam modern mengarah pada kebenaran yang dinyatakan dalam Al
Quran dan tidak mendukung dogma materialis. Materialis boleh saja menyatakan
bahwa semua itu "kebetulan" namun fakta yang jelas adalah bahwa alam semesta
terjadi sebagai hasil penciptaan Allah dan satu-satunya pengetahuan yang benar
tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam sabda Allah yang diturunkan
kepada kita.
Penciptaan
Materi dari Momen ke Momen
Seperti yang
telah ditunjukkan teori Big Bang sekali lagi, Allah men-ciptakan alam semesta
dari tidak ada. Ledakan besar ini melibatkan banyak gradasi dan detail halus,
mendorong manusia untuk berpikir, dan semua materi ini tidak bisa dijelaskan
sebagai suatu kebetulan saja.
Suhu pada
setiap momen ledakan, jumlah partikel atom, gaya-gaya yang bekerja, dan
intensitasnya, harus memiliki nilai yang sangat tepat. Bahkan jika satu nilai
saja tidak tepat, alam semesta yang kita tinggali sekarang ini tak akan pernah
terbentuk. Akhir seperti itu tak akan terelakkan jika satu saja dari nilai yang
disebutkan di atas bergeser sedikit yang meskipun secara matematis hanya
dinyatakan dengan nilai mendekati "0".
Pendek kata,
alam semesta dan bahan penyusunnya, yaitu atom, yang sebelumnya tidak ada
menjadi ada segera setelah Big Bang berkat keseimbangan yang telah diciptakan
oleh Allah ini. Para ilmuwan melakukan banyak penelitian untuk memahami
kronologis kejadian-kejadian yang berlangsung selama proses ini dan pengaturan
hukum-hukum fisika yang bekerja pada setiap fase. Fakta-fakta yang sekarang
diakui para ilmuwan yang telah bergelut di bidang ini adalah sebagai berikut:
l Momen
"0": "Momen" ini adalah momen ketika materi dan waktu belum
ada, dan ketika ledakan berlangsung, yang dalam fisika disebut sebagai t
(waktu) = 0. Ini berarti bahwa tak ada apa-apa pada saat t = 0 ini. Untuk
mendapatkan gambaran kejadian sebelum "momen" - ketika penciptaan
dimulai - ini, kita harus tahu hukum-hukum fisika yang ada saat itu, karena
hukum-hukum fisika yang berlaku sekarang tidak mencakup momen awal ledakan.
Kejadian-kejadian
yang mungkin didefinisikan oleh para ahli fisika dimulai pada 10-43 detik, yang
merupakan unit waktu terkecil. Ini adalah frame waktu yang sulit diterima daya
pikir manusia. Apa yang terjadi dalam periode waktu sangat kecil, yang bahkan
tidak bisa kita pahami ini? Para ahli fisika sampai kini masih belum mampu
mengembangkan teori yang menjelaskan dengan detail lengkap kejadian-kejadian
pada momen itu.5
Ini karena para
ilmuwan tidak memiliki data yang dibutuhkan untuk membuat perhitungan. Aturan
matematika dan fisika mene-mui kebuntuan pada batasan tersebut. Jadi, kejadian
sebelum ledakan dan pada momen pertama ledakan, yang setiap de-tailnya
bersandar pada keseimbangan rumit, mengandung realita di luar batasan pikiran
manusia dan ilmu fisika.
Penciptaan ini,
yang dimulai sebelum adanya waktu, mengarahkan momen demi momen pada
pemben-tukan materi alam semesta dan hukum-hukum fisika. Sekarang mari kita
cermati peristiwa-peristiwa yang terjadi dengan ketepatan luar biasa dalam
waktu yang sangat singkat selama ledakan ini.
Sebagaimana
disebutkan di atas, dalam ilmu fisika, segala sesuatu dapat dihitung dari 10-43
detik dan seterusnya, dan energi serta waktu dapat didefinisikan hanya setelah
waktu ini. Pada saat terjadinya penciptaan, suhu men-capai 1032
(100.000.000.000.000.000.000. 000.000.000.000) Kelvin. Sebagai pemban-dingnya,
derajat suhu matahari dinyatakan dalam satuan juta (108) dan derajat suhu
beberapa bintang lainnya yang jauh lebih besar dari matahari dinyatakan dalam
satuan milyar (1011). Bahwa suhu tertinggi yang dapat diukur saat ini terbatas
dalam milyaran derajat, mengungkapkan betapa tinggi suhu pada 10-43 detik.
l Bila kita
meninjau selangkah ke de-pan dari periode 10-43 detik ini, kita sampai pada
titik ketika waktu berada pada 10-37 detik. Selang waktu antara dua periode ini
tidak seperti satu atau dua detik saja. Kita berbicara mengenai selang waktu
sesingkat satu per quadrilliun-kali-quadrilliun detik, suhu masih luar biasa
tinggi, yaitu 1029 (100.000.000.000.000.000.000.000.000.000) K. Tak satu atom
pun tercipta pada fase ini.6
l Satu langkah
lagi, kita sampai pada 10-2 detik. Periode waktu ini mengindikasikan seperseratus
detik. Saat ini, suhu seratus milyar derajat. Pada titik ini, "alam
semesta awal" mulai terbentuk. Partikel-partikel seperti proton dan netron
yang membentuk inti atom belum lagi muncul. Hanya ada elektron dan
anti-partikelnya, positron (anti-elektron), karena temperatur dan kecepatan
alam semesta pada titik ini hanya memungkinkan pembentukan partikel-partikel
ini. Kurang dari sedetik setelah ledakan terjadi, terbentuklah
elektron-elektron dan positron-positron.
Mulai dari
momen ini dan seterusnya, waktu pembentukan setiap partikel sub-atom sangatlah
penting. Setiap partikel harus muncul pada momen yang tepat sehingga
hukum-hukum fisika yang sekarang dapat terbentuk. Pemilihan partikel apa yang
terbentuk terlebih dahulu sangat penting. Bahkan sedikit saja penyimpangan
dalam urutan atau waktu, akan menggagalkan pembentukan alam semesta menjadi
sekarang ini.
Mari
kita berhenti sejenak dan berpikir.
Teori Big Bang
memberikan bukti keberadaan Allah dengan menun-jukkan bahwa semua materi yang
membentuk alam semesta berasal dari ketidakadaan. Bahkan teori ini menunjukkan
bahwa bahan penyusun - yaitu atom-atom - juga menjadi ada dalam waktu kurang
dari satu detik setelah Big Bang.
Keseimbangan
dan keteraturan yang luar biasa dalam partikel-partikel ini layak dijelaskan.
Alam semesta mendapatkan kondisinya yang sekarang ini berkat keseimbangan ini,
yang akan digambarkan lebih terrinci pada halaman-halaman berikutnya.
Keseimbangan ini pula yang membuat kita hidup damai. Pendeknya, pengaturan yang
sempurna dan hukum-hukum yang konsisten, "hukum-hukum fisika", telah
terbentuk dari ledakan yang biasanya menghasilkan kekacauan dan
ketidak-teraturan. Ini membuktikan bahwa setiap momen yang menyertai penciptaan
alam semesta, termasuk Big Bang, telah dirancang dengan sempurna. Sekarang,
mari kita melihat perkembangan selanjutnya.
l Langkah
berikutnya adalah momen ketika waktu telah berselang 10-1 detik. Pada saat ini,
suhu adalah 30 milyar derajat. Belum lagi satu detik terlewati dari t=0 ke
tahap ini. Saat ini, netron, proton dan partikel atom lainnya mulai muncul.
Netron dan proton - struktur yang akan kita analisis pada bab berikutnya -
diciptakan dari yang tidak ada dalam periode waktu yang bahkan lebih pendek
dari satu detik.
l Mari kita perhatikan
detik pertama setelah ledakan. Kerapatan masif/kepadatan (massive density) pada
waktu itu memberikan angka sangat besar. Menurut perhitungan, nilai kepadatan
massa pada tahap ini adalah 3,8 milyar kilogram per liter. Mudah saja
menyatakan angka ini dalam milyaran kilogram secara aritmetik dan
menunjukkannya di atas kertas. Tapi sangatlah tidak mungkin membayangkannya
dengan tepat. Untuk memberikan contoh sederhana agar besarnya angka ini dapat
dibayangkan, kita dapat mengatakan "jika gunung Everest di Himalaya
memiliki kepadatan seperti ini, ia akan menelan bumi kita seketika dengan gaya
gravitasi yang dimilikinya."
7
l Karakteristik
paling istimewa dari momen-momen berikutnya adalah, pada saat itu, suhu telah
mencapai tingkat lebih rendah. Pada tahap ini alam semesta telah berusia
kira-kira 14 detik, memiliki suhu 3 milyar derajat dan terus meluas dengan
kecepatan luar biasa.
Ini adalah
stadium di mana inti atom yang stabil, seperti inti Hidro-gen dan Helium, mulai
terbentuk. Satu proton dan satu netron untuk pertama kalinya telah menemukan
kondisi yang kondusif untuk keber-samaan mereka. Dua partikel ini yang
mempunyai massa kecil sekali - antara ada dan tidak ada - namun karena gaya
gravitasi, mulai menahan kecepatan perluasan yang sangat hebat. Tampak jelas,
sebuah proses yang dramatis sadar dan terkendali sedang berlangsung di sini.
Sebuah ledakan padat memberikan jalan ke suatu keseimbangan yang hebat dan
aturan yang tepat. Proton dan netron telah mulai berkumpul untuk membentuk
atom, balok penyusun zat. Jelas tidaklah mungkin bagi par-tikel-partikel ini
untuk memiliki kekuatan dan kesadaran untuk mem-bangun keseimbangan yang
dibutuhkan untuk pembentukan zat.
l Dalam periode
setelah pembentukan ini, suhu alam semesta telah turun 1 milyar derajat. Suhu
ini enam puluh kali lebih besar daripada suhu inti matahari kita. Hanya tiga
menit dan dua detik berselang dari momen pertama ke momen ini. Saat ini,
partikel sub-atomik seperti foton, proton, anti-proton, netron, dan anti-netron
berjumlah banyak sekali. Kuantitas semua partikel yang ada dalam fase ini dan
interaksi mereka terhadap satu sama lain sangat kritis. Begitu banyaknya
sehingga penyimpangan sedikit saja kuantitas partikel mana pun akan merusak
tingkat energi yang telah mereka atur dan mencegah perubahan energi menjadi
materi.
Ambil elektron
dan positron sebagai contoh: bila elek-tron dan positron bergabung, energi akan
dihasilkan. Untuk itu, jumlah kedua partikel itu sangat penting. Katakanlah
bahwa 10 unit elektron bertemu dengan 8 unit positron. Dalam kasus ini, 8 dari
10 unit elektron tadi berinteraksi dengan 8 unit positron dan menghasilkan
energi. Dan sebagai hasilnya, dua unit elektron dilepaskan. Karena elektron
adalah salah satu partikel yang membentuk atom, bahan penyusun alam semesta,
maka elektron harus tersedia sejumlah yang dibutuhkan dalam fase ini agar alam
semesta terbentuk. Dari contoh di atas, bila jumlah positron lebih banyak
daripada elektron, maka alih-alih elektron, positron-lah yang akan tersisa
sebagai hasil dari energi yang dilepaskan dan alam semesta tidak akan pernah
terbentuk. Bila jumlah positron dan elektron sama, maka hanya energi saja yang
akan dihasilkan dan tidak ada yang tersisa untuk membentuk alam semesta. Namun,
kele-bihan jumlah elektron telah diatur sedemikian rupa sehingga sesuai de-ngan
jumlah proton di alam semesta pada selang waktu berikutnya setelah momen ini.
Dalam atom yang akan terbentuk nanti, jumlah elektron dan proton akan sama.
Jumlah partikel
yang muncul setelah Big Bang telah ditentukan dengan perhitungan sangat teliti,
yang akhirnya menuju pada pembentukan alam semesta. Profesor Steven Weinberg
mengomentari betapa kritisnya inter-aksi antara partikel-partikel ini:
Bila alam
semesta dalam beberapa menit pertama benar-benar terdiri dari jumlah partikel
dan anti partikel yang sama, semuanya akan hancur ketika suhu turun di bawah
1.000 juta derajat, dan tidak akan ada yang tersisa kecuali radiasi. Ada bukti
sangat kuat yang menentang kemungkinan ini - kita ada di sini! Pasti ada
kelebihan jumlah elektron dari positron, proton dari anti-proton, dan netron
dari anti-netron, agar ada yang tersisa setelah penghancuran partikel dan
anti-partikel untuk menyediakan materi bagi alam semesta ini.8
l Sudah 34
menit dan 40 detik berlalu sejak ledakan. Alam semesta sekarang berusia
setengah jam. Suhu telah turun dari yang semula milyaran derajat menjadi 300
juta derajat. Elektron dan positron terus memproduksi energi dengan saling
bertabrakan. Saat itu, kuantitas partikel-partikel yang diperlukan telah
berimbang sehingga memung-kinkan pembentukan alam semesta.
Ketika
kecepatan ledakan menurun, partikel-partikel ini, yang hampir tanpa massa,
mulai saling berinteraksi. Atom hidrogen pertama terbentuk oleh sebuah elektron
yang masuk ke dalam orbit proton. Pembentukan ini mengenalkan kita pada
gaya-gaya dasar yang akan sering kita temui di alam semesta.
Tidak diragukan
lagi, partikel-partikel ini - yang merupakan ran-cangan jauh di luar jangkauan
pemahaman manusia dan memiliki struktur unik serta bergantung pada keseimbangan
rumit - tidak mungkin muncul bersama secara kebetulan dan mengarah ke tujuan
yang sama. Kesempurnaan ini menuntun banyak peneliti yang mengkaji topik ini
kepada kesimpulan penting: ini adalah "penciptaan" dan ada pengawasan
tiada tara pada setiap momen penciptaan ini. Setiap partikel yang diciptakan
setelah ledakan dimaksudkan untuk terbentuk pada waktu tertentu, pada suhu
tertentu, dan pada kecepatan tertentu. Tam-paknya sistem ini, yang bekerja
hampir menyerupai jam pengatur, telah diprogram dengan sangat tepat sebelum
menjadi aktif. Ini berarti bahwa Big Bang dan alam semesta sempurna yang
berasal dari Big Bang telah dirancang sebelum lahirnya ledakan dan setelah itu
dijalankan.
Dan Dia
menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang
itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
memahami (nya)
(QS. An Nahl, 16:12) ! |
Kuasa yang
mengatur, merancang, dan mengendalikan alam semesta ini tentu saja Allah,
Pencipta segala sesuatu.
Rancangan ini
dapat diamati tidak hanya dalam atom tetapi juga dalam setiap objek di alam
semesta baik besar maupun kecil. Partikel-partikel ini, yang awalnya terhempas
saling menjauh dengan kecepatan cahaya, tidak hanya menyebabkan formasi
atom-atom hidrogen tetapi juga membangkitkan semua sistem raksasa yang mengisi
alam semesta saat ini. Atom, molekul, planet, matahari dan bintang, tata surya,
galaksi, quasar, dan lain-lain terbentuk menurut rencana yang agung dan dalam
keteraturan dan keseimbangan sempurna. Partikel-partikel yang di-butuhkan untuk
membentuk sebuah atom saja tak mungkin secara tidak sengaja muncul bersama-sama
dan menciptakan keseimbangan yang indah, sehingga lebih tidak beralasan lagi
dan sangat tidak logis untuk menyatakan bahwa planet, galaksi, dan pendeknya,
keseluruhan sistem di alam semesta terbentuk begitu saja dan mengembangkan
keseim-bangannya sendiri. Kehendak yang membuat rancangan unik ini adalah
kehendak Allah, sang Pencipta seluruh alam semesta.
Atom-atom
lainnya terbentuk setelah atom hidrogen, yang merupa-kan keajaiban tersendiri.
Pada poin ini pelbagai pertanyaan muncul di benak, seperti "bagaimana
atom-atom lainnya terbentuk? Mengapa tidak semua proton dan netron membentuk
atom hidrogen saja? Bagaimana partikel-pertikel tersebut memutuskan atom apa
yang akan mereka bentuk dan seberapa banyak?" Jawaban dari pertanyaan ini
kembali membawa kita pada kesimpulan yang sama. Ada suatu kekuatan, ken-dali
dan rancangan yang hebat dalam pembentukan atom hidrogen dan atom-atom lain
berikutnya.
Kendali dan
rancangan ini melampaui kapasitas akal manusia dan menunjukkan bahwa alam
semesta jelaslah sebuah "penciptaan". Hu-kum-hukum fisika yang
berlaku setelah Big Bang tidak berubah sama sekali selama hampir 17 miliar
tahun terlalui. Lebih jauh, hukum-hukum ini didasari oleh perhitungan yang
begitu tepatnya sehingga penyimpangan sekadar milimeter dari nilai yang
sekarang dapat mengganggu struktur dan ketertiban umum di seluruh alam semesta.
Komentar seorang ahli fisika terkenal, Prof. Stephen Hawkings, tentang hal ini
sangat menarik. Hawkings menerangkan bahwa fenomena-fenomena yang terjadi
didasari oleh perhitungan yang jauh lebih teliti daripada yang dapat kita
bayangkan:
Jika satu detik
setelah Big Bang, kecepatan perluasan berkurang walaupun hanya satu bagian dari
seratus ribu juta juta, alam semesta ini dapat hancur kembali sebelum mencapai
ukurannya yang sekarang.9
Big Bang, yang
dibangun dengan perhitungan yang begitu teliti, de-ngan jelas mengungkapkan
bahwa waktu, ruang, dan materi tidak men-jadi ada dengan begitu saja, namun
diciptakan oleh Allah. Sama sekali tidak mungkin, kejadian-kejadian yang
disebut di atas berlangsung kare-na kebetulan saja yang kemudian mengarah pada
pembentukan atom, bahan penyusun alam semesta.
Tidaklah
mengejutkan, banyak ilmuwan yang meneliti permasalah-an ini telah menerima
keberadaan sebuah kekuatan tanpa batas dan kehendaknya dalam penciptaan alam
semesta. Seorang ahli astrofisika terkenal, Hugh Ross, menjelaskan bahwa sang
Pencipta alam semesta ini melampaui semua dimensi:
Bila
didefinisikan, waktu adalah dimensi di mana gejala sebab akibat berlangsung.
Tidak ada waktu, tidak ada sebab dan akibat. Bila permulaan waktu terjadi
bersamaan dengan permulaan alam semesta, seperti yang dikatakan teori
ruang-waktu, maka sebab dari alam semesta haruslah berupa suatu entitas yang
bekerja dalam dimensi waktu yang sepenuhnya berdiri sendiri dan telah ada
sebelum dimensi waktu kosmos. … Ini mengatakan kepada kita bahwa sang Pencipta
adalah transenden, bekerja diluar batas-batas dimensional alam semesta kita.
Ini mengatakan kepada kita bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, Tuhan
juga bukan tercakup di dalam alam semesta. 10
Aspek
terpenting dari Big Bang adalah, bahwasanya kejadian ini memberi manusia
kesempatan untuk memahami kekuasaan Allah de-ngan lebih baik. Asal-muasal alam
semesta dengan segala isinya dari tidak ada, adalah satu dari tanda-tanda besar
kekuasaan Allah. Keseim-bangan rumit dalam energi pada momen ledakan adalah
tanda yang sangat nyata agar kita merenungkan ilmu Allah yang tak berbatas.
Gaya-Gaya
Fundamental di Alam Semesta
Kita telah
menyebutkan bahwa hukum-hukum Fisika di alam semesta mulai berlaku setelah Big
Bang. Hukum-hukum ini didasari "empat gaya fundamental" yang dikenal
fisika modern dewasa ini. Gaya-gaya ini terbentuk bersamaan dengan pembentukan
partikel sub-atomik pertama pada waktu spesifik segera setelah Big Bang, untuk
membentuk seluruh aturan dan sistem alam semesta. Atom-atom yang menyusun
materi alam semesta terwujud dan tersebar merata di alam semesta berkat
interaksi gaya-gaya ini. Gaya-gaya ini adalah gaya tarik massa atau yang
dikenal sebagai gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya nuklir kuat, dan
gaya nuklir lemah. Semua gaya ini memiliki intensitas dan bidang kerja berbeda.
Gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah beroperasi hanya pada skala subatomik.
Dua gaya lainnya - gaya gravitasi dan gaya elektromagnetik - mengatur kumpulan
atom, atau yang disebut "materi". Pengaturan tanpa cacat di atas bumi
disebabkan proporsi yang sangat rumit dari gaya-gaya ini. Perbandingan
gaya-gaya ini menghasilkan suatu hal yang menarik. Semua materi yang diciptakan
dan diedarkan ke penjuru alam semesta setelah Big Bang dibentuk oleh efek
gaya-gaya yang sangat jauh berbeda ini. Berikut adalah nilai-nilai keempat gaya
fundamental dengan selisih menakjubkan, dalam satuan standar internasional:
Gaya nuklir
kuat :15
Gaya nuklir
lemah: 7,03x10-3
Gaya
gravitasi: 5,90x10-39
Gaya
elektromagnetik: 3,05x10-12
|
Gaya-gaya
fundamental ini memungkinkan pembentukan alam semesta melalui penyebaran
kekuatan dengan sempurna. Proporsi antara gaya-gaya ini didasarkan pada
keseimbangan yang begitu rumit sehingga menimbulkan efek khusus itu terhadap
partikel-partikel pada proporsi ini saja.
1. Kekuatan Raksasa di Dalam Inti: Gaya Nuklir Kuat
Sampai di sini,
kita telah menyaksikan bagaimana atom diciptakan, momen demi momen, dan
keseimbangan rumit yang berlaku dalam penciptaan ini. Kita melihat bahwa semua
yang ada di sekitar kita, termasuk diri kita sendiri disusun oleh atom-atom,
dan atom-atom ini mengandung banyak partikel. Lalu, apakah gaya yang tetap menyatukan
semua partikel yang membentuk inti atom itu? Gaya yang menjaga inti tetap utuh,
dan yang merupakan gaya paling dahsyat menurut hukum-hukum fisika, adalah
"gaya nuklir kuat".
Gaya ini
menjaga proton dan netron dalam inti atom tetap di tempatnya. Inti atom
dibentuk dengan cara demikian. Gaya ini sangat kuat sehingga nyaris menyebabkan
proton dan netron dalam inti saling berikatan. Inilah sebabnya
partikel-partikel kecil yang memiliki gaya ini disebut juga "gluon"
yang dalam bahasa Latin berarti lem. Kekuatan ikatan tersebut disesuaikan
dengan sangat teliti. Intensitas gaya ini telah diatur secara spesifik agar
proton dan netron tetap berjarak tertentu. Bila gaya ini sedikit saja lebih
kuat, maka proton dan netron akan saling bertabrakan. Bila gaya ini sedikit
saja lebih lemah, mereka akan saling menjauh. Besarnya gaya ini tepat sesuai
dengan yang dibutuhkan untuk membentuk inti atom setelah detik-detik pertama
Big Bang.
Pemboman
Hiroshima dan Nagasaki menunjukkan sedahsyat apa gaya nuklir kuat ini ketika
dilepaskan. Satu-satunya alasan mengapa bom atom sangat efektif adalah
pelepasan sejumlah kecil gaya ini yang tersembunyi di dalam inti atom. Hal ini
akan dijelaskan lebih terperinci pada bab-bab berikutnya.
2. Sabuk Pengaman Atom: Gaya Nuklir Lemah
Salah satu
faktor penting yang menjaga keteraturan di muka bumi ini adalah keseimbangan di
dalam atom. Keseimbangan ini menjaga agar segala sesuatu tidak tiba-tiba
terurai atau memancar-kan radiasi berbahaya. "Gaya nuklir lemah"
ber-tanggung jawab atas keseimbang-an antara proton dan netron dalam inti atom.
Gaya ini memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan inti yang
mengandung sejumlah besar netron dan proton.
Sembari
keseimbangan ini dijaga, sebuah netron, bila dibutuhkan dapat berubah menjadi
proton. Karena jumlah proton dalam inti di akhir proses berubah, atom berubah
pula dan menjadi atom yang lain. Di sini hasilnya sangatlah penting. Sebuah
atom berubah menjadi atom berbeda tanpa terurai dan meneruskan eksistensi-nya.
Sabuk pengaman ini melindungi organisme hidup dari bahaya yang akan muncul jika
partikel-partikel terurai tanpa terkendali dan membahayakan manusia
3. Gaya yang Menjaga Elektron Tetap pada Orbitnya: Gaya
Elektromagnetik
Penemuan gaya
ini mengantarkan kita pada era baru dalam dunia fisika. Baru pada saat itulah
dipahami bahwa setiap partikel mengan-dung "muatan listrik" menurut
karakteristik strukturnya masing-masing dan bahwa ada gaya di antara
muatan-muatan listrik ini. Gaya ini membuat partikel-partikel yang bermuatan listrik
berlawanan saling tarik dan partikel-partikel bermuatan sama akan saling tolak,
sehingga menjamin proton dalam inti atom dan elektron yang mengorbit di
sekelilingnya tarik-menarik. Dengan cara ini, "inti" dan
"elektron", dua elemen dasar atom, tetap di tempat mereka.
Perubahan
kekuatan sekecil apa pun pada gaya ini dapat menyebab-kan elektron-elektron
terlepas jauh dari inti atau melekat pada inti. Dalam kedua kasus ini, atom
tidak mungkin terbentuk, sehingga alam semesta pun tidak ada. Tetapi, sejak
momen pertama gaya ini terbentuk, proton-proton dalam inti menarik elektron
dengan besar gaya yang tepat dibutuhkan untuk pembentukan atom.
4. Gaya yang Menjaga Alam Semesta Tetap Utuh: Gaya Gravitasi
Gravitasi
adalah satu-satunya gaya yang dapat kita rasakan sehari-hari, namun sedikit
sekali yang kita ketahui tentangnya. Gaya gravitasi sesungguhnya disebut
"gaya tarik massa". Gaya ini paling lemah dibandingkan gaya lainnya,
namun karena gaya inilah, massa-massa yang sangat besar tarik-menarik. Gaya
inilah yang membuat galaksi dan bintang-bintang di alam semesta tetap berada
pada orbitnya masing-masing. Bumi dan planet-planet lain tetap di dalam orbit
tertentu mengi-tari matahari, sekali lagi karena adanya gaya gravitasi. Kita
dapat berjalan di atas bumi karena gaya ini. Bila ada pengurangan dalam nilai
gaya ini, bintang-bintang akan jatuh, bumi akan keluar dari orbitnya, dan kita
akan bertebaran ke luar angkasa. Bila nilainya lebih besar sedikit saja,
bintang-bintang akan bertabrakan, bumi akan bergerak menuju matahari, dan kita
akan melesak ke dalam kerak bumi. Walaupun tampak kecil sekali kemungkinan ini
bagi Anda, semua itu tidak akan terelakkan bila gaya ini bergeser dari nilainya
yang sekarang sekalipun hanya untuk sesaat.
Rancangan agung dan keteraturan sempurna di seluruh alam semesta
diatur dengan gaya-gaya fundamental ini. Pemilik keteraturan ini, tak
diragukan lagi, adalah Allah, yang menciptakan segalanya dari ketiadaan tanpa
cacat. Issac Newton (1642-1727), Bapak fisika modern dan mekanika langit,
yang dikenal sebagai "salah satu ilmuwan terbesar di dunia"
mengundang perhatian terhadap kenyataan ini:
"Sistem
matahari, planet-planet dan komet yang sangat indah ini hanya dapat
berlangsung dengan tuntunan dan kendali Zat cerdas dan berkuasa. Zat ini
mengatur segalanya, bukan sebagai sukma dunia, namun sebagai Tuhan bagi
semuanya, dan demi kekuasaan-Nya. Dia biasa disebut Tuhan, Penguasa semesta
alam."
|
Semua ilmuwan
yang sedang meneliti subjek ini mengakui bahwa ketepatan nilai gaya-gaya
fundamental ini sangat penting demi keber-adaan alam semesta.
Mengomentari
hal ini, seorang ahli biologi molekuler yang terkenal, Michael Denton
menyatakan dalam bukunya Nature's Destiny: How the Laws of Biology Reveal
Purpose in the Universe:
Jika, misalnya,
gaya gravitasi satu triliun kali lebih kuat, maka alam semesta akan jauh lebih
kecil dan sejarah hidupnya jauh lebih pendek. Sebuah bintang rata-rata akan
mempunyai massa satu triliun lebih kecil dari matahari dan masa hidup sekitar
satu tahun. Di lain pihak, jika gravitasi kurang kuat, tidak ada bintang atau
galaksi yang akan pernah terbentuk. Hubungan dan nilai-nilai lain tidak kurang
kritisnya. Jika gaya nuklir kuat sedikit lebih lemah saja, satu-satunya unsur
yang akan stabil hanya hidrogen. Tidak ada atom lain yang bisa terbentuk. Jika
gaya nuklir kuat tersebut sedikit lebih ku-at dalam kaitannya dengan
elektromagnetisme, maka inti atom yang terdiri dari dua proton menjadi yang
paling stabil di alam semesta - yang berarti tidak akan ada hidrogen, dan jika
ada bintang atau galaksi yang terbentuk, mereka akan sangat berbeda dari
bentuknya sekarang. Jelas sekali, jika se-mua gaya dan konstanta ini tidak
mempunyai nilai tepat demikian, takkan ada bintang, supernova, planet, atom,
dan kehidupan.11
Seorang ahli
fisika terkemuka, Paul Davies, menyatakan kekaguman-nya terhadap penetapan
nilai-nilai hukum-hukum fisika yang berlaku di alam semesta.
Bila seorang
melanjutkan studi kosmologi, keingintahuannya bertambah. Temuan-temuan tentang
sejarah kosmos membuat kita menerima bahwa perluasan alam semesta telah diatur
dalam gerakannya dengan ketepatan yang sangat mengagumkan.12
Rancangan agung
dan keteraturan sempurna yang berlaku di seluruh alam semesta dibangun di atas
pondasi yang disediakan gaya-gaya fundamental ini. Pemilik keteraturan ini,
tanpa keraguan, adalah Allah, yang menciptakan segala sesuatu tanpa cacat.
Allah, Raja seluruh alam, menjaga bintang-bintang tetap berada di orbitnya
dengan gaya-gaya terlemah, dan menjaga keutuhan inti atom dengan gaya-gaya
terkuat. Semua gaya bekerja sesuai dengan "ukuran" yang telah Dia
tentukan. Allah menujukkan keteraturan dalam penciptaan alam semesta dan
keseimbangan "yang ditetapkan dengan serapi-rapinya" dalam salah satu
ayat-Nya:
"Yang
kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan
tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia mene-tapkan ukuran-ukurannya dengan
serapi-rapinya." (QS. Al Furqan, 25: 2) !
Catatan :
1. David Filkin, Stephen Hawking's Universe:The Cosmos Explained,
Basic Books, October 1998, pp. 85-86

2. Stephen Hawking's A Brief History of Time A Reader's
Companion (Edited by Stephen Hawking; prepared by Gene Stone), New York,
Bantam Books, 1982, p. 62-63

3. Henry Margenau, Roy Abraham Vargesse, Cosmos, Bios,
Theos, La Salla IL: Open Court Publishing, 1992, p. 241

4. H. P. Lipson, "A Physicist Looks at Evolution",
Physics Bulletin, vol. 138, 1980, p. 138
.Taskin Tuna, Uzayin Sirlari (The Secrets of Space), Bogaziçi Yayinlari, p.185

.Taskin Tuna, Uzayin Sirlari (The Secrets of Space), Bogaziçi Yayinlari, p.185

6. Colin A.
Ronan, The Universe Explained, The Earth-Dwellers's Guide to the
Mysteries of
8.Steven
Weinberg, The First Three Minutes, A Modern View of the Origin of the
Universe, Basic Books, June 1993, p. 87

10. Hugh Ross, The
Creator and the Cosmos, How Greatest Scientific Discoveries of the Century Reveal
God, Colorado: NavPress, Revised Edition, 1995, p. 76 

11. Michael
Denton, Nature's Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the
Universe, The New York: The Free Press, 1998, pp. 12-13

Wallahu'alam.