Hidroponik
merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari kata hydro yang berarti air dan kata ponos yang berarti kerja
(Soeseno 1998). Hidroponik didefinisikan sebagai proses pengerjaan atau pengelolaan air yang digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan juga sebagai tempat akar tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Tanaman memperoleh hara dari larutan garam mineral yang diberikan langsung ke akar tanaman. Prinsip dasar budidaya tanaman secara hidroponik ialah suatu
upaya menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan
dan pertumbuhan tanaman sehingga ketergantungan tanaman terhadap alam dapat
dikendalikan. Rekayasa faktor lingkungan yang paling menonjol pada hidroponik
adalah dalam hal penyediaan nutrisi yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang
tepat dan mudah diserap oleh tanaman (Lingga 1987).
Berdasarkan penggunaan
larutan nutrisinya, hidroponik digolongkan menjadi dua, yaitu hidroponik sistem
terbuka dan hidroponik sistem tetutup. Larutan nutrisi dialirkan ke
daerah perakaran tanaman dan kelebihannya dibiarkan hilang pada hidroponik
sistem terbuka. Sementara
itu pada hidroponik sistem tertutup, kelebihan larutan nutrisi yang diberikan,
ditampung dan disirkulasikan kembali ke daerah perakaran tanaman. Kandungan
unsur-unsur hara dalam larutan nutrisi pada hidroponik sistem tertutup akan
berubah seiring dengan penyerapannya oleh tanaman (Chadirin 2007). Tanaman
yang dibudidayakan secara hidroponik sama halnya dengan tanaman secara
konvensional yang membutuhkan
kecukupan nutrisi baik dari segi jumlah maupun jenisnya. Nutrisi tersebut
dibagi ke dalam dua bagian, yaitu unsur mikro dan makro. Unsur makro
diantaranya karbon (C), oksigen (O), nitrogen (N),
fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan
sulfur (S). Unsur mikro diantaranya boron (B), besi (Fe), tembaga (Cu), mangan (Mn),
seng (Zn) dan molibdenum (Mo).
Saat ini
dikenal delapan macam teknik hidroponik modern, yakni nutrient film technique
(NFT), static aerated technique (SAT), ebb and flow technique (EFT),
deep flow technique (DFT), aerated flow technique (AFT), drip
irrigation technique (DIT), root mist technique (RMT), dan fog
feed technique (FFT). Nutrient film technique (NFT) adalah metode
budidaya dengan akar tanamannya berada di lapisan air dangkal tersirkulasi
yang mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. NFT merupakan sistem yang sangat
cocok diterapkan pada daerah yang tidak
subur atau dataran tinggi dan rendah dengan tujuan hasil panen yang berkualitas
(Untung 2000). Sistem
irigasi yang tertatur
sangat
diperlukan untuk pertumbuhan tanaman (Prihmantoro dan Indriani
1998). Sistem
NFT merupakan sistem
irigasi air mengalir,
sehingga efektif dalam mengoptimalkan penggunaan bahan nurtisi
karena dengan penggunaan cara tersebut larutan nutrisi tidak akan terbuang
percuma. Namun, kerugian
dari sistem NFT adalah patogen dapat menyebar pada seluruh tanaman melalui aliran nutrisi.
Selain itu, penerapan sistem ini memerlukan modal
awal yang relatif mahal dan pemilihan komoditas yang bernilai tinggi, serta
pengetahuan dan keahlian di bidang kimia (Pitiriana 2016).
Jenis tanaman yang biasanya dibudidayakan menggunakan sistem hidroponik NFT adalah jenis tanaman sayuran. Sayuran hidroponik merupakan sayuran yang ditanam dengan teknik tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan konsumen terhadap kesehatan, bahaya pestisida, serta isu ramah lingkungan membuat sayuran hidroponik mulai diminati masyarakat untuk dikonsumsi sehari-hari. Peningkatan konsumsi sayuran hidroponik memberikan peluang besar untuk usaha sayuran hidroponik. Teknologi hidroponik memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sistem konvensional, yaitu ramah lingkungan, produk yang dihasilkan higienis dan sehat, pertumbuhan tanaman lebih cepat, kualitas hasil tanaman dapat terjaga, dan kuantitas dapat lebih meningkat. Tanaman sayuran yang sering ditanam dalam sistem hidroponik ialah jenis sayuran daun. Berbagai jenis sayuran daun di antaranya seledri, sawi, selada, bayam, kangkung, dan sayuran dari famili Brassicaceae (Prihmantoro dan Indriani 1998).
Daftar Pustaka
Chadirin Y. 2007. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik.
Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Lingga P. 1999. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah.
Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Pitiriana SH. 2016.
Efisiensi produksi sayuran daun dengan sistem hidroponik nutrient film technique (NFT) di PT. Amazing Farm, Lembang, Jawa
Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prihmantoro H, Indriani YH.
1998. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk
Bisnis dan Hobi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Soeseno S. 1998. Bercocok Tanam Secara Hidroponik.
Jakarta (ID): Gramedia.
Untung O.
2000. Hidroponik Sayuran Sistem NFT.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar