Senin, 23 April 2018

*KEABSAHAN TRADISI NISHFU SYA’BAN*

👍Baca Selengkapnya :
https://aswajanucenterjatim.com/hujjah-aswaja/keabsahan-tradisi-nishfu-syaban

📢Oleh: Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur

⚠_Klik Forward, Share dan Sebarkan!!_⚠
KEABSAHAN TRADISI NISHFU SYA’BAN

Bulan Sya’ban termasuk salah satu bulan yang agung dalam pandangan syari’at. Rasulullah SAW juga memuliakan bulan Sya’ban dengan menambah aktifitas ibadah. Sehingga menambah ibadah pada bulan Sya’ban sangat dianjurkan sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih. Apabila pada hari-hari bulan Sya’ban dianjurkan meningkatkan aktifitas ibadah dan kebajikan, maka pada malam nishfu Sya’ban lebih dianjurkan lagi karena terdapat banyak hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban melebihi hari-hari yang lain pada bulan yang sama. Hadits-hadits tersebut diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, Mu’adz bin Jabal, Abu Hurairah, Abu Tsa’labah, Auf bin Malik, Abu Bakar as-Shiddiq, Abu Musa dan Aisyah radhiyallahu ‘anhum.
Hadits Pertama
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلىَ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلاَّ لاِثْنَيْنِ مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ . أخرجه أحمد
“Dari Abdullah bin Amr, dari Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada hamba-hamba-Nya kecuali dua orang yang tidak diampuninya, yaitu orang yang bermusuhan dan pembunuh orang.”  (HR. Ahmad dalam al-Musnad [2/176] dengan sanad yang lemah, sebagaimana dapat dilihat dalam al-Targhib wa al-Tarhib [3/284] dan Majma’ al-Zawaid [8/65]).

Hadits Kedua
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ  . أخرجه ابن حبان في صحيحه والطبراني، وأبو نعيم في الحلية.
“Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullah SAW bersabda: “Allah SWT melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada seluruh makhluk-Nya kecuali kepada orang yang menyekutukan Allah atau orang yang bermusuhan.” (HR. Ibn Hibban dalam Shahih-nya [12/481], at-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir [20/109] dan al-Mu’jamul Ausath, dan Abu Nu’aim dalam Hilyatu Auliya’ [5/195], semuanya dari jalur Makhul, dari Malik bin Yukhamir dari Mu’adz secara marfu’.
Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam Majma’ al-Zawaid [8/65], “Hadits tersebut diriwayatkan oleh at-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabir dan al-Mu’jamul Ausath, dan para perawinya dapat dipercaya”. Malik bin Yukhamir seorang perawi tsiqah dan mukhadhram (generasi tabi’in yang mengikuti masa Jahiliyah), sedangkan Makhul pernah menjumpainya, sehingga hadits ini tidak mengalami keterputusan (inqitha’), sebagaimana asumsi sebagian kalangan. Kesimpulannya, Ibnu Hibban sangat tepat dalam menilai shahih hadits tersebut.
Hadits di atas juga diriwayatkan dari beberapa jalur lain. Pertama, jalur Abu Hurairah oleh al-Bazzar dalam Musnad-nya [2/436]. Kedua,jalur Abu Tsa’labah al-Khusyani oleh al-Thabarani [Majma’ul  Zawaid 8/65] dan Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah [1/223]. Ketiga,jalur Auf bin Malik oleh al-Bazzar [2/463].Keempat, jalur Abu Bakar al-Shiddiq oleh Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhid [no. 90] dan Ibnu Abi Ashim [no. 509].Kelima,jalur Abu Musa oleh Ibnu Majah [1/446] dan al-Lalaka’i [no. 763].Keenam, jalur Aisyah oleh Ahmad [6/238], at-Tirmidzi [3/107] dan Ibnu Majah [1/445].
Kesimpulan dari riwayat-riwayat tersebut adalah menetapkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban secara khusus, dan salah satu dari riwayat di atas telah dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Bahkan al-Albani, ulama SalafiWahabi, juga menilainya shahih dalam Silsilahul Ahadits as-Shahihah [1144], dalam Shahih Sunan Ibn Majah  [1/233] dan dalam ta’liq terhadap kitab as-Sunnah karya Ibnu Abi Ashim [no. 509, 510, 511 dan 512). Riwayat yang shahih ini, sekaligus menaikkan riwayat-riwayat lainnya yang dianggap dha’if  menjadi hasan lighairihi sebagaimana telah menjadi ketetapan dalam ilmu hadits.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar