Senin, 23 April 2018

BAROKAH PRASANGKA BAIK


Shohibul Maulid Al-Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi pernah tinggal di Makkah selama dua tahun. Sebab ayahnya, Imam Muhammad bin Husein Al-Habsyi saat itu menjabat sebagai Mufti Syafi'iyyah di Makkah, yakni sebelum Arab Saudi dikuasai faham Wahabi.

Satu waktu ketika beliau berada di Masjidil Haram bersama kakaknya, Sayyid Ahmad, beliau melihat seorang Maroko sedang melakukan Thawaf. Imam Ali pun bermaksud menemui orang tersebut. Kakaknya bertanya, "Ada urusan apa wahai Ali?" Imam Ali menjawab, "Aku merasa dia orang yang sholeh." "Engkau ini memang selalu berprasangka baik kepada semua orang." Kakaknya membalas.

Akhirnya Imam Ali pun menemui orang Maroko tadi. Namun ketika mereka telah berhadapan, terjadilah sesuatu yang aneh. Tanpa diduga orang Maroko tadi berkata, "Engkau seorang Sayyid." Imam Ali menjawab, "Benar." "Engkau seorang Alawi." Orang Maroko bertanya lagi. Imam Ali pun menjawab, "Benar." Seterusnya, "Namamu Ali, ayahmu Muhammad, ibumu Alawiyah dan masjidmu bernama Hanbal." Imam Ali pun keheranan ia mengetahui persis tentang dirinya.

Tak lama kemudian, orang Maroko tadi melakukan hadharah Fatihah kepada banyak Aulya hingga kepada Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam. Lagi-lagi muncul sebuah keajaiban. Setiap ia menyebutkan satu nama Aulya, maka nampaklah arwah Aulya yang disebut, sampai akhirnya Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam hadir di hadapan Imam Ali.

Setelah semua disebut, mulailah orang Maroko tadi membaca Fatihah, dan Imam Ali pun mengikutinya. Kemudian lagi-lagi muncul sebuah keajaiban. Sepanjang Imam Ali membaca surat Fatihah, beliau memperhatikan bacaan Fatihah orang tadi sudah selesai terlebih dahulu. Ia lalu meneruskannya dengan Al-Baqarah, Ali Imran seterusnya hingga khatam, padahal Imam Ali saat itu hanya membaca satu setengah bacaan Fatihah.

Selepas kejadian itu, makin terbukalah ilmu dan kasyaf Imam Ali, hatinya semakin teguh dan derajat kewaliannya semakin tinggi. Ini tidak lain merupakan berkah dari selalu berprasangka baik kepada manusia. Maka ambilah pelajaran. Jika berprasangka baik terhadap makhluk Allah saja sudah sedemikian hebat anugerahnya, apalagi berprasangka baik kepada Allah.

[ Sumber : Kitab Jawahir Al-Anfas Al-Bahr Ma Yurdhi Robban Naas, juz I hal.146-147, karya Habib Umar bin Abdurrahman Mulakhela ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar